Finally, the day of my flight across continent is arrived! Tepat 14 Juni 2018, saya melakukan perjalanan ke Portugal (PRT) tepatnya kota Porto seorang diri. Ada rasa khawatir tapi juga excited karena saya akan menginjakkan kaki di benua Eropa yang belum pernah saya bayangkan sebelumnya!
Saya memilih penerbangan dengan menggunakan maskapai Lufthansa. Mengapa memilih Lufthansa? Pertama, karena maskapai dari Indonesia dilarang terbang ke benua Eropa dengan alasan standar keselamatan. Tetapi larangan itu telah dicabut dan terhitung mulai 14 Juni 2018, maskapai nasional Indonesia diperbolehkan melayani perjalanan ke Eropa. Alasan kedua, entah kenapa saya merasa nyaman terbang pertama kali melintasi benua dengan maskapai buatan teknologi Jerman. Walaupun rute penerbangan lebih jauh dengan waktu tempuh selama kurang lebih 16-18 jam. Saya perlu transit sebanyak 2 (dua) kali yaitu di bandara Changi, Singapura (SIN) dan bandara Munchen, Jerman (MUC). Lumayan deh ya saya bisa melihat-lihat kota Munich dari atas 🙂
Setelah semua kelengkapan dokumen yang saya butuhkan mulai dari paspor, visa, travel insurance, tiket pesawat sampai uang saku dalam bentuk Euro berada di dalam tas, saya berangkat ke bandara Soekarno-Hatta (SHIA), Cengkareng pada pukul 4 sore.
read more: Buat Visa Schengen Tanpa Agen Perjalanan
Perjalanan dari rumah menuju bandara saya diantar oleh suami dan putra sulung saya. Agak menakjubkan juga karena perjalanan sangat lancar mengingat sore itu adalah Senin sore yang biasanya jalanan macet luar biasa!
Tiba di SHIA, saya melewati security gate dan ingat juga untuk meminta security check tag for luggage dari petugas bandara karena semua koper harus mendapatkan tanda aman sehingga diperbolehkan masuk kedalam pesawat. Bahkan saya melihat setiap koper setelah diperiksa dioleskan cairan khusus oleh petugas.
Saya check in di counter Singapore Airlines (SQ) dan diberitahu bahwa bagasi akan tiba bersama di Porto, Portugal tanpa perlu saya ambil setiap transit. Tapi tidak semua maskapai memberlakukan hal yang sama ya, jadi sebaiknya kamu menanyakan perihal bagasi saat check in.
Sambil menunggu boarding, saya menyempatkan untuk makan malam bersama suami dan D1 terlebih dahulu karena di tiket pesawat tidak terdapat keterangan mendapatkan makanan saat perjalanan dari SHIA ke SIN.
Waktu boarding pun tiba dan saya berpamitan serta berpisah dengan keluarga. This is it! My 1st flying solo accross the continent! Tanpa menunggu lama, saya beserta penumpang lain pun dipanggil untuk naik kedalam pesawat.
Saat naik ke pesawat, ada toddler yang tidak berhenti menangis sejak masuk pesawat bahkan semakin menjadi saat pesawat take off. Mungkin si ibu muda itu tidak tahu kalau anaknya perlu disusui atau diberi minum saat pesawat mulai terbang atau mungkin juga toddler tersebut mengalami anxiety attack.
Mendengar si toddler menangis, saya bukan merasa terganggu melainkan kasihan karena menangis itu menguras emosi dan energi. Setelah lampu indikator penggunaan sabuk pengaman dimatikan saya menghampiri ibu si toddler yang terbang hanya didampingi oleh ibunya (nenek si toddler) sambil memberikan soothing balm andalan saya. Sebenarnya, lebih tepatnya produk Daintree yang dinamakan Deep Sleep yang formulanya terdiri atas minyak atsiri penenang seperti lavender, chamomile, cedarwood, patchouli, cananga dan vetiver.
Deep Sleep dari daintree bukan hanya saya gunakan saat kesulitan tidur menyerang tapi juga saat hidung mulai tersumbat hingga mengalami mood swing karena aromanya yang menenangkan. Ditambah lagi, produk ini aman untuk digunakan oleh anak karena terbuat dari bahan alami sehingga tidak menimbulkan alergi atau pun iritasi kulit. Saat dioleskan, tidak terasa sensasi hangat yang berlebihan seperti balsam orang dewasa, pokoknya nyaman banget deh!
Penumpang lain juga mencoba meredakan tangis si toddler dengan meminjamkan gawainya yang berisi video anak-anak dan perlahan tangisnya berangsur mereda.
Pesawat pun akhirnya tenang dan kru pesawat mulai berdatangan membawa makan malam, penumpang pun tidak terkecuali saya sibuk dengan makanan masing-masing. Iya, walau sudah makan sebelum boarding, saya tetap makan di pesawat karena saya memiliki first name: Always dan last name: Hungry 🙂
Pilot dari dalam kokpit pun mengumumkan bahwa sebentar lagi pesawat akan mendarat di Changi dan penumpang pun kembali ke kursi masing-masing memasang sabuk pengamannya.
Pendaratan pun berjalan mulus dan akhirnya setiap penumpang memilih jalan masing-masing untuk melanjutkan perjalanannya. Saya bergegas untuk mengejar penerbangan selanjutnya di terminal yang berbeda dan kembali bertemu dengan toddler yang menangis tadi saat menaiki skytrain. Ibunya hendak menyerahkan Deep Sleep kembali namun saya tolak. Ibu muda itu lebih membutuhkan Deep Sleep untuk si toddler ketimbang saya karena ternyata mereka akan berangkat ke Belanda untuk pertama kalinya. Semoga dengan Deep Sleep, si toddler bisa tenang dan nyaman selama perjalanan yang panjang.
Itu bagian pertama perjalanan Eropa saya, nantikan kelanjutannya ya 🙂
*cerita lanjutan bisa dibaca di https://honeyjosep.wordpress.com/2018/07/06/flight-across-continent-part-2/