Malam ini, 13 April 2020, saya baru punya kesempatan untuk menuliskan ucapan terima kasih untuk tahun 2019 yang sudah berlalu. Ya, kehidupan saya akhir-akhir ini diisi dengan tergesa-gesa. Terburu-buru dalam berdoa, tergesa-gesa makan dan minum tanpa menikmatinya. Terburu-buru mengakhiri pembicaraan telepon dengan orang terkasih dengan beralasan banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Tergesa-gesa mandi karena gemas melihat rumah yang tidak kunjung rapi. Terburu-buru menulis tanpa merasakan lagi kenikmatannya.
Malam ini, 13 April 2020 di sela waktu menuju istirahat malam, saya memutuskan untuk menuliskan tulisan ini sebagai pengingat diri.
2019, tahun yang begitu menguras emosi. Tahun di mana kedua orang tua saya harus berada di atas meja operasi. Papih dioperasi karena kelainan prostat dan Mamih menjalani operasi katarak. Tapi 2019 juga memberikan kejutan yang tidak henti-hentinya berlabuh mulai dari selebrasi Blogger Day di Trans Studio Bandung, pengalaman naik KA dari Surabaya menuju Jakarta seorang diri, staycation di BWP The Hive sampai dengan liburan ke Taiwan.
Betapa saya mensyukuri segala nikmat yang ada.
Akhir tahun 2019, dunia dikejutkan oleh sebuah penyakit yang pertama hadir di kota Wuhan, China. Penyakit yang disebabkan oleh virus corona atau dikenal dengan severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS CoV-2) yang menyerang sistem pernapasan. Virus ini dapat menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-baru berat, hingga kematian.
Malam ini, sudah 21 hari saya berada hanya di rumah saja tanpa keluar hanya sekadar untuk berbelanja bulanan. Kelihatannya, saya sudah mulai terbiasa dengan keadaan ini. Bertahun-tahun lalu, saya sempat membayangkan betapa menyenangkannya untuk kerja dari rumah, bisa tetap produktif selagi mengurus keluarga.
Sungguh pepatah mengatakan, “Berhati-hatilah dengan keinginanmu” kini menjadi kenyataan. Saya pun terpaksa bekerja dari rumah dengan kondisi yang jauh dari ideal dan tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Kondisi ideal bekerja dari rumah adalah di pagi yang tenang saya bisa melakukan pekerjaan saya dan anak-anak berangkat ke sekolah. Kemudian saat makan siang, mungkin saya akan menjemput anak-anak dan makan siang bersama. Namun bekerja dari rumah di tengah pandemi dan anak-anak pun harus belajar dari rumah memberikan tantangan tersendiri.
But, somehow, I have survive 21 days anyway!
Manusia dianugerahi kemampuan untuk beradaptasi terhadap keadaan, situasi dan kondisi yang hadir di dalam kehidupannya. Pada awalnya mungkin saya merasa sedikit overwhelmed dengan keadaan namun perlahan mulai menemukan ritme, hal baru dan menjaga kewarasan untuk bisa beradaptasi dengan keadaan.
The Guardian melaporkan bahwa William Shakespeare menyelesaikan naskah King Lear, Macbeth serta Anthony & Cleopatra saat London dikarantina. The Telegraph mengulas Isaac Newton menemukan prinsip gravitasi saat berdiam di rumah akibat pembatasan sosial di London.
Pandemi adalah bencana, tetapi juga berkah yang perlu dimaknai nyata bagi perubahan dunia.
Nah nama nama besar lahir dengan penemuannya saat #dirumahaja dalam karantina bisa jadi inspirasi kita ya. Makanya sekarang banyak blogger yang ternyata jadi chef handal buat keluarga dan dapat bisnis baru malah.
LikeLike
Yap, setuju banget manusia satu-satunya mahluk Tuhan yang mudah sekali beradaptasi dengan keadaan. Seberat apapun keadaannya. 😍
LikeLike
Iya banget mba. Pada akhirnya pandemi tetap saja memberi berkahnya sendiri. Semangat berjuang menemani anak anak SFH walau kitanya juga harus menjalani WFH.
Mungkin setelah pandemi ini berakhir, kita akan banyak beradaptasi lagi.
LikeLike
Aku pengen nulis kulas balik 2019 belum jadi jadi nih.
Bersyukur banget banyak pengalaman dan pembelajaran di 2019 yah Kak. Akupun ngga nyangka bisa survive d rumah dua bulan terakhir ini :’)
LikeLike
Setuju mbaa, nyatanya ketika sudah semuanya dilakukan dari rumah, tetap aja merindukan suasana diluar rumah. Ahh, 2020 bagi saya pribadi benar-benar penuh kejutan yaa. Padahal tadinya udah senang banget banyak tgl merah, eh malah jadi keterusan di rumah hehe
LikeLike
Bener mbak. Dulu kita merasa waktu 24 jam itu tak pernah cukup. Sibuk bekerja di luar rumah, kurang waktu ngumpul sama keluarga. Nyatanya sekarang 24 jam bareng2 terus, eh rasanya kok kangen keluar-keluar
Ya, kita semua hanya perlu beradaptasi. Semoga pandemi ini segera berakhir
LikeLike
Selamat ya, mba Honey berarti sukses bisa memenangkan diri sendiri. Bisa beradaptasi thp keadaan yg sebenarnya tidak kita inginkan dan diluar kendali kita.
Tanpa kita sadari juga ternyata kita bisa melaluinya ya.
LikeLike
Semoga kita semua dikuatkan dengan keadaan terpuruk sekalipun yg mbak.
Dan semoga semuanya baik2 aja, dan kita bisa beradaptasi dg nyaman.
LikeLike
Kalau mau diambil hikmahnya dari pandemi sekarang ini banyak ya, ka. Salah satunya jadi bisa banyak merenung dan bersyukur atas apa yang dimiliki sejauh ini.
LikeLike
Benar banget kak, dulu berharap tanggalan kalender warna marah semua. Sekarang malah rindu kalender warna hitam dengan kehidupan normal. Memang kita harus berhati-hati dalam berharap ya kak
LikeLike